Proses pengembangan sebuah sistem tentu melewati beberapa tahapan sistematis untuk memastikan bahwa setiap kebutuhan telah dilakukan. Metode sistematis ini disebut dengan Software Development Life Cycle (SDLC) dan salah satu contohnya adalah metode waterfall.
Pendekatan melalui metode waterfall adalah cara yang paling tua dan natural karena setiap proses dilakukan secara runtut mulai dari atas ke bawah, seperti air terjun. Lalu sebenarnya, apa itu metode waterfall dan bagaimana tahapan metode waterfall? Yuk, simak penjelasannya di artikel ini ya, Sob!
Pengertian metode waterfall
Pada intinya, metode waterfall adalah konsep pengembangan yang menekankan pada langkah sistematis. Sehingga, proses penciptaan sebuah sistem harus dilakukan secara berurutan, mulai dari tahapan identifikasi kebutuhan sampai ke proses perawatan.
Langkah itulah yang kemudian dianalogikan seperti sebuah air terjun dan mengalir dari atas ke bawah. Setiap proses dilakukan selangkah demi selangkah, tidak boleh berloncatan, dan dilakukan secara bersamaan. Namun, beberapa orang menganggap bahwa proses ini kurang fleksibel, Sob karena hanya bisa dilakukan secara satu arah saja.
Tahapan metode waterfall
Metode waterfall pertama kali dikenalkan oleh Herbert D. Benington pada tanggal 29 Juni 1956 di sebuah Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers. Melalui presentasi ini, Benington menjelaskan setiap tahapan metode waterfall. Berikut penjelasannya:
Requirement Analysis
Tahapan metode waterfall yang pertama adalah analisis kebutuhan. Pengembang harus melakukan riset untuk mengidentifikasi apa saja kebutuhan pengguna dari sistem yang dibangun. Hal ini dapat menjadi acuan dalam menentukan layanan atau fitur yang perlu dikembangkan.
Ada beberapa cara untuk dilakukan dalam memperoleh informasi tersebut, beberapa di antaranya, yaitu melalui wawancara, survey, atau mengikuti diskusi forum terkait untuk mendapatkan wawasan dan informasi terkait.
Design
Kedua, tahapan metode waterfall adalah proses perancangan dan pengembangan berdasarkan informasi kebutuhan pengguna. Perancangan tentu dilakukan untuk lebih mempermudah proses pengerjaan dan mendapatkan gambaran detail terkait tampilan sebuah sistem.
Selain itu, tahapan desain pada metode ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi kebutuhan hardware dan sistem yang diperlukan untuk keseluruhan proses pengembangan.
Baca juga: Apa itu Software Engineering? Pengertian dan Cara Kerja
Implementation and Unit Testing
Tahapan ketiga metode waterfall adalah implementasi yang mengarah pada proses coding. Proses pengembangan sistem akan melalui tahapan dalam bentuk modul-modul kecil yang pada tahapan metode waterfall selanjutnya akan digabungkan.
Selain itu, pemeriksaan setiap modul yang telah dibuat juga dicek pada fase ini. Tujuannya adalah memastikan bahwa modul tersebut memenuhi fungsi yang telah ditetapkan dan sesuai standar.
Integration and System Testing
Tahapan keempat mengacu pada proses pengintegrasian setiap modul yang telah dibuat. Setelah proses ini selesai, pengembang akan melakukan testing untuk mengecek jalannya fungsi sistem secara keseluruhan. Selain itu, pengembang juga dapat mengidentifikasi jika ada kegagalan atau error pada sistem.
Maintenance
Setelah serangkaian langkah sistematis di atas, perawatan sistem yang telah dibuat merupakan tahapan terakhir dari metode inil. Sistem tersebut telah didistribusikan dan digunakan oleh pengguna. Hal yang tetap harus dilakukan adalah pemeliharaan dan memastikan bahwa sistem tetap berjalan baik sesuai fungsinya.
Proses ini biasanya meliputi perbaikan implementasi unit sistem, perbaikan error yang masih tersisa atau baru terdeteksi, dan peningkatan performa sistem yang disesuaikan pada kebutuhan pengguna.
Baca juga: Big Data: Karakteristik, Cara Kerja, Pentingnya untuk Bisnis
Kelebihan metode waterfall
Metode ini memiliki sejumlah kelebihan yang bisa didapatkan dalam proses implementasinya. Berikut penjelasan kelebihan metode waterfall adalah:
Alur kerja jelas
Dari tahapan metode waterfall di atas, tentu sudah dapat diidentifikasi bahwa metode ini memiliki alur kerja yang jelas. Setiap proses dilakukan secara bertahap dan sistematis sehingga alur kerja pun menjadi lebih terukur dan jelas. Setiap tim dapat mengalokasikan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sesuai bidang keahliannya.
Lebih menghemat biaya
Kelebihan metode waterfall yang kedua adalah prosesnya yang tidak membutuhkan banyak sumber daya sehingga lebih hemat biaya. Hal ini terjadi karena pihak client tidak dapat turut serta dalam urusan pengembangan sebuah sistem aplikasi. Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan menjadi lebih sedikit.
Dokumentasi yang baik
Sistematis dan bertahap sehingga setiap informasi dan hasil akan tercatat dengan baik serta terdistribusi kepada seluruh anggota tim dengan akurat dan cepat. Hal ini juga bermanfaat untuk memastikan dan mengecek kembali tugas dari setiap tim karena bisa menyesuaikan arahan dari dokumentasi yang ada.
Baca juga: Apa itu Agile? Ini Pengertian, Manfaat, Prinsip, dan Jenisnya
Cocok untuk pengembangan software berskala besar
Metode waterfall populer untuk digunakan dalam pengembangan software berskala besar. Prosedur yang kompleks dan sumber daya yang besar akan lebih mudah terkoordinasi melalui metode ini. Namun, hal ini juga tidak menutup kemungkinan bagi pengembangan skala menengah atau kecil untuk menerapkan metode ini.
Kelemahan metode waterfall
Selain kelebihan metode waterfall, terdapat beberapa hal yang menjadi kelemahan metode ini. Berikut penjelasannya:
Kurang fleksibel
Tahapannya yang sistematis membuat metode ini kurang fleksibel terhadap perubahan yang mungkin saja diperlukan di tengah pengembangan. Setiap anggota pengembang harus mengikuti petunjuk dan standar yang telah ditentukan di tahapan awal.
Selain itu, pihak client juga kurang bisa memberikan saran atau masukan kepada tim pengembang selama proses pembuatan. Proses menyampaikan pendapat ini hanya bisa dilakukan di tahapan awal saja, yaitu pada fase requirement atau analisis kebutuhan.
Estimasi waktu pengerjaan lebih lama
Prosesnya yang dilakukan secara bertahap dan tidak memungkinkan adanya pengerjaan secara bersamaan juga membuat metode waterfall membutuhkan waktu lebih lama. Oleh karena itu, metode ini telah dianggap terlalu tua oleh beberapa orang.
Setiap proses harus dilakukan secara satu per satu sehingga tidak boleh ada dua aktivitas berbeda dalam satu waktu. Misalnya, seorang pengembang tidak boleh memulai proses coding jika tim perancangan belum menyelesaikan tugas mereka.
Sulit untuk melihat gambaran sistem yang jelas
Pada penerapan metode ini, orang lain diluar tim pengembang tidak dapat melihat keseluruhan konsep dan fungsi sebuah sistem. Mereka hanya bisa melihat setelah seluruh tahapan selesai dilakukan, namun tidak pada saat masih proses pengembangan.
Nah, sekarang sudah paham kan, Sob apa itu metode waterfall. Pada dasarnya, tujuan pengimplementasian metode waterfall adalah memastikan bahwa setiap tahapan dilalui secara sistematis dan bergantian.
Dengan begitu, proses yang dilakukan juga lebih terfokus dan detail. Dari pembahasan di atas, apa kamu tertarik dengan metode ini, Sob?