Saat ini, aplikasi sudah banyak dibutuhkan dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu untuk mengembangkan aplikasi tersebut sudah ada sistem yang bernama DevOps.
Pemakaian dari sistem ini sudah diterapkan oleh berbagai perusahaan ternama, contohnya adalah Amazon, Microsoft, dan Gojek. Tujuan dari adanya prinsip ini dapat membantu perusahaan dalam membuat aplikasi yang lebih efektif lagi.
Pada kesempatan ini akan dijelaskan tentang bagaimana konsep dari DevOps serta tahapan, dan alat yang perlu dikuasai. Simak informasi berikut ini untuk mengenal lebih jauh tentang sistem metodologi ini.
Apa Itu DevOps?
Jika kita melihat dari namanya, sistem ini memiliki dua kepanjangan. Dev artinya development sedangkan Opsnya merupakan kepanjangan dari operations. Jika disambungkan, DevOps adalah penyatuan dari proses, divisi, dan teknologi yang berguna untuk membuat sebuah aplikasi.
Dalam mengembangkan proyek tersebut, diperlukan tim pengembangan yang memiliki andil dalam membuat aplikasi baru atau melakukan modifikasi terhadap aplikasi tersebut untuk bekerja lebih efektif dan lebih baik lagi.
Selanjutnya, ada juga orang yang bekerja di bidang operasional yang membantu dalam memastikan keseluruhan operasi yang dijalankan bekerja dengan baik. Tim operasional ini juga harus mengecek apakah sumber daya yang dibutuhkan tersedia atau tidak.
Selain itu, penting juga untuk memastikan tugas dari karyawannya sudah sesuai dengan prosedur dan memiliki kinerja yang baik.
Sejarah DevOps
Setelah kamu memahami pengertiannya, penting juga mengetahui sejarah dari perkembangannya. Dahulu, untuk mengembangkan aplikasi, seorang ahli biasanya menggunakan model “WATERFALL”.
Di dalam model tersebut, masih memiliki sistem terpisah antara tim pengembangan (development) dan tim operasional (operations). Jadi, di masa itu, mereka bekerja secara sendiri-sendiri.
Hal ini membuat proses pembuatan perangkat lunak menjadi lebih lama karena tidak melakukan kerja sama yang efektif. Kelemahan lain dari sistem WATERFALL adalah peraturan dan kebijakannya masih kaku sehingga membuat ide yang diinginkan menjadi terhambat dan kurang kreativitasnya.
Setelah sistem itu, akhirnya terbentuklah praktik dari development dan operations yang membuat hambatan dan kekurangan pembuatan aplikasi sebelumnya menjadi lenyap.
Kedua tim dapat melakukan kerja sama dalam seluruh alur pembuatan software yang lebih efektif dan efisien.
Melalui penerapan dari sistem ini membuat tahapan DevOps untuk pembuatan aplikasi menjadi lebih runtut dan sesuai prosedur mulai dari pengembangan, pengujian, penerapan, sampai dengan pengelolaan perangkat lunak semuanya menjadi lebih efektif dan efisien.
Keberadaan metodologi ini juga tidak hanya cepat karena adanya kerjasama dari tim development dan operations saja,
Tetapi kecepatan membuat aplikasi ini terjadi karena adanya tools modern yang dikembangkan sehingga membuat kolaborasi yang dilakukan menjadi lebih mudah dan bersinergi.
DevOps tools ini sudah disediakan dengan manfaat untuk menyebar kode, mengatur konfigurasi, melakukan pengawasan, dan mengecek adanya bug pada aplikasi dan server secara langsung. Hal ini lebih mudah untuk menghindari masalah yang ada di awal.
Adanya praktik sistem baru untuk mengembangkan aplikasi ini membuat sumber daya manusia yang ada di dalamnya dapat merespon kebutuhan konsumen dengan baik.
Dengan adanya development dan operations pula merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kualitas perangkat lunak sehingga bisa mendatangkan kepuasan konsumen dan keuntungan bagi perusahaan.
Tujuan DevOps
Tujuan utama adalah membangun kerja sama yang baik, menjalin komunikasi, penyatuan, dan kemudahan untuk semua orang yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
Adanya DevOps membuat perusahaan dapat menghasilkan keuntungan yaitu dalam hal:
- Bisa beradaptasi dengan kondisi pasar dan kompetisi yang ketat agar aplikasi tetap eksis dari masa ke masa.
- Menjaga stabilitas dan kekuatan dari sistem perangkat lunak tersebut.
- Mengurangi masalah komunikasi dan salah paham yang terjadi dalam tim sehingga dapat memaksimalkan kinerjanya dengan baik.
- Mempersingkat waktu untuk maintenance dan perbaikan dari aplikasi tersebut.
- Mempersingkat waktu untuk peluncuran produk.
- Mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk sarana pengembangan perangkat lunak.
- Mendapatkan budaya kerja yang baik dan sehat.
Berdasarkan hasil survey, keuntungan sistem ini memberikan dampak positif bagi perusahaan mereka. Oleh sebab itu, kamu bisa mempertimbangkannya untuk mengembangkan aplikasi karena dengan bantuan dari sistem ini membuat pekerjaan menjadi lebih baik dan cepat.
Hal itu pula yang membantu dalam meminimalisir kesalahan sampai meningkatkan komunikasi dengan sesama rekan kerja.
Tugas DevOps
kamu suda mengenal arti Development Operation dan tujuannya. Lalu, siapakah yang menjalankan pekerjaan ini?
Orang ini disebut sebagai DevOps engineer. DevOps engineer adalah orang yang bekerja di lingkungan development and operations dan menjalankan tugasnya dengan baik.
Lalu, apa saja tugas DevOps? Adapun tugas dari DevOps engineer adalah sebagai berikut:
- Menggunakan kreativitasnya untuk membuat ide, menjelaskan, dan mengartikan setiap fitur baru atau aplikasi yang nantinya akan dikembangkan.
- Memanfaatkan alat-alat yang membantu dalam mengembangkan aplikasi. Alat tersebut memiliki fungsi otomatis sehingga orang lebih cepat untuk membuat aplikasi atau mengupgrade fitur aplikasi.
- Menyajikan prototype yang dibuat dari hasil rapat dengan user agar sesuai dengan kebutuhan para pelanggan dan meningkatkan pemakaian yang lebih banyak lagi.
- Membuat dokumentasi dari kemajuan saat melakukan siklus pengembangan aplikasi.
- Mengecek bug, memantau sistem, dan memanajemen aplikasi dengan lebih cepat.
- Menjalankan komunikasi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam melakukan pengembangan.
- Dapat melakukan inovasi dengan mudah tanpa terlalu mengeluarkan tenaga.
- Menilai adanya masalah yang dapat terjadi sebelum berdampak kepada pelanggan.
Tahapan dalam Belajar DevOps dan Skill yang Harus Dimiliki
Skill DevOps ini diperlukan untuk membuat aplikasi semakin berkualitas. Oleh sebab itu, orang yang bekerja di bidang ini harus tahu skill apa yang diperlukan. Simak beberapa tahapan untuk bekerja di bidang DevOps.
1. Paham Konsep
Kata ini tentu bukan kata yang umum didengar oleh masyarakat. Jika ingin menjadi seorang development dan operations engineer, kamu perlu memahami konsep dasar dari development dan operation terlebih dahulu.
Jadi, yang dimaksud dengan development dan operations bukanlah sebuah teknologi atau alat, melainkan cara dimana sistem kerjanya bersifat fleksibel.
Tujuan dari metodologi ini untuk menyatukan pendapat dari tim developer dan operation sehingga dapat bekerja saling bersinergi.
Hal itu pulalah yang mendatangkan penyelesaian tugas lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Nah, dalam menjalankan cara ini, perusahaan dapat menyajikan perangkat lunak yang bagus untuk konsumen.
Pemahaman teknis dan tugas-tugasnya harus lebih dulu kamu pelajari dengan seksama.
2. Kuasai Tools DevOps
Untuk menjalankan metodologi ini diperlukan adanya tools development dan operations. Sempat dibahas sebelumnya, bahwa tools ini akan memberikan cara cepat dan otomatis untuk lebih mendukung proses pembuatan perangkat lunak.
Oleh sebab itulah, orang ini harus mampu untuk menggunakan alat tersebut sehingga dapat membangun, menguji, membuat sistem aplikasi menjadi lebih cepat. Ada banyak tools yang dapat digunakan oleh seorang DevOps engineer.
kamu bisa memilihnya sesuai dengan kebutuhan dan dilihat juga dari teknologi pada tools tersebut untuk lebih bekerja baik bagi perusahaan. Beberapa alat yang dipakai untuk DevOps yaitu sebagai berikut:
a. Slack
Alat ini difungsikan agar tim development dapat memakai toolchain untuk berkomunikasi dengan tim lain dan tim operasi. Slack memudahkan kamu untuk berkomunikasi secara online menggunakan alat ini.
b. Jenkins
Alat ini mendorong untuk otomatisasi pada aplikasi yang sedang kamu bangun. Dengan adanya alat ini, kamu bisa memasukkan kode ke repository, melakukan pengetesan perangkat lunak, sampai mendapatkan laporan dari pengetesan aplikasi tersebut.
Dari sini, dapat kita ketahui bahwa alat tersebut punya berbagai manfaat yang digunakan untuk menjalankan pengujian aplikasi agar memperoleh hasil yang diinginkan.
c. Docker
Selanjutnya adalah alat Docker yang digunakan untuk pengemasan, pengoperasian, dan penerapan aplikasi agar dapat bekerja dengan lancar dan aman.
Dengan adanya alat ini juga membantu dalam memasang infrastruktur sumber code, file pendukung waktu proses, konfigurasi sistem, dll.
d. Phantom
Berikutnya adalah tool yang digunakan saat melakukan pembangunan infrastruktur perangkat lunak. Adanya alat ini berguna untuk mengurangi kesalahan konfigurasi karena dapat dipertahankan keadaan semula.
Caranya dengan memanfaatkan teknik seperti device quarantine, file detonation, dsb.
e. Nagios
Penggunaan dari Nagios ini difungsikan untuk melakukan monitoring terhadap aplikasi tersebut. Pemantauan yang dilakukan alat ini juga bisa mengawasi server dan infrastruktur aplikasi secara menyeluruh.
f. Vagrant
Alat ini dimanfaatkan untuk bekerja sama dan melakukan kolaborasi dengan tim Development dan Operations. Ketika kamu menggunakan alat tersebut, maka anggota tim bisa berbagi satu alur kerja untuk menyelesaikan perangkat lunak dan menguji aplikasi tersebut.
Dengan demikian, ini membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai tanpa membuang waktu terlalu banyak.
g. Ansible
Berikutnya adalah Ansible yang berguna untuk manajemen konfigurasi dengan menjalankannya menggunakan cara yang sederhana sehingga lebih mudah bagi ahlinya. Meskipun sederhana, orkestrasi IT yang dijalankan dapat bekerja secara baik dan efektif.
h. GitHub
Alat ini menjadi tools yang terkenal dan menduduki peringkat atas dalam melaksanakan development dan operations. Adapun tujuan dari penggunaan GitHub yaitu membantu kerja sama tim menjadi lebih mudah dan cepat.
Para tim developer dapat membuat iterasi untuk kode, lalu notifikasinya akan dikirim secara praktis ke anggota tim lain sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan perangkat lunak dan dapat berkolaborasi dengan mudah.
i. Sentry
Alat untuk DevOps berikutnya adalah Sentry yang dimanfaatkan dalam mendeteksi bug dan kesalahan yang terjadi pada perangkat lunak yang akan dikembangkan. Adanya tools gratis ini dapat mendukung bahasa IT seperti JavaScript, Ruby, IOS, dsb.
Dari hal ini memunculkan kemudahan untuk terhindar dari kesalahan saat membangun perangkat lunak.
j. BitBucket
Tools terakhir adalah BitBucket yang termasuk alat yang terbaik dalam mengoperasikan kode proyek sepanjang proses pengembangan aplikasi. Di dalam alat ini, kamu bisa menemukan fitur repository untuk pribadi.
Itulah 10 alat yang biasa diunggulkan oleh tim development dan operation. kamu dapat memilih salah satu dari alat ini untuk belajar dan mengimplementasikan pembangunan perangkat lunak agar menjadi lebih mudah dan praktis.
Baca juga: 20+ Tools Project Management untuk Kelola Kerjaanmu
3. Paham Pengoperasian Cloud dan Fungsinya
Tahap berikutnya yang harus dimiliki oleh development dan operations yaitu harus menguasai cloud computing. Keberadaan dari komputasi cloud ini diperlukan untuk kebutuhan penyimpanan data dan mengolah data internal perusahaan.
Keunggulan dari cloud ini yaitu dapat merancang dan membangun sistem cloud, memaksimalkan potensi fitur yang digunakan, dan mengatasi kompleksitas sistem cloud, dsb.
Hal ini yang menjadikan kamu perlu memahami Cloud dengan sangat baik agar mendukung aplikasi dengan baik.
4. Paham Dasar Tentang Linux dan Bahasa Scripting
Kebanyakan perusahaan saat ini memanfaatkan hosting aplikasi lewati OS Linux. Alasannya karena tools manajemen konfigurasi seperti Chef, Puppet, dan beberapa konfigurasi lainnya menggunakan master node di dalam sistem Linux ini.
Oleh sebab itu, penting untuk memahami dasar Linux dan keterampilan untuk menggunakannya agar dapat melakukan konfigurasi dengan lebih mudah. Para development dan operations engineer umumnya memerlukan pengetahuan tentang Linux ini dengan baik.
Selain itu, Development dan Operation harus punya kemampuan dalam memahami bahasa scripting yang beragam. Diperlukan adanya pengalaman untuk lebih mengkayakan bahasa scripting. kamu setidaknya ahli dalam satu bahasa scripting.
Di masa ini, kebanyakan para pengembang menggunakan bahasa Phyton. Jadi, kamu tidak boleh ketinggalan juga untuk mempelajarinya.
5. Dapat Menyelesaikan Masalah (Problem Solving)
Kemampuan berikutnya yang harus dikuasai oleh development dan operations yaitu memiliki sifat pintar memecahkan masalah. Penting untuk peka dan merespon masalah yang ada dalam membangun aplikasi.
Sifat ini diperlukan untuk menyelesaikan masalah dengan lebih efektif dan cepat. Hal ini sudah menjadi tugas kamu untuk memahami aplikasi. Untuk itu, kamu juga harus memiliki pengalaman dalam mengerjakan aplikasi.
Semakin banyak pengalaman yang dibuat, maka semakin banyak kamu menemukan cara memecahkan masalah selama pengembangan. Contohnya, kamu dapat menemukan cara dalam mengatasi bug, error pada sistem,
Serta mengatasi masalah bagaimana cara kerja sistem yang sesuai dengan kebutuhan pengguna agar mendapatkan efek positif bagi user.
Untuk mendapatkan kemampuan tersebut dibutuhkan skill interpersonal. kamu harus memiliki sifat yang cakap untuk menilai situasi dan mampu untuk memberikan kesenjangan antara anggota tim agar lebih berjalan dengan baik.
6. Update Tentang Pengetahuan DevOps dari Buku
Hal penting lainnya yang dibutuhkan oleh development dan operations yaitu meningkatkan pengetahuannya dengan membaca buku untuk belajar dan memahami DevOps roadmap dengan baik.
Ada beberapa daftar buku yang bisa kamu pelajari agar paham tentang dunia dari pengembangan aplikasi. Beberapa bukunya adalah sebagai berikut:
- The Phoenix Project karangan Gene Kim, Kevin Behr, dan George Spafford.
- The Unicorn Project karya dari Gene Kim yang menceritakan cara menyelesaikan pekerjaan dari sudut pkamung developer perangkat lunak.
- Accelerate, karya Nicole Forsgren, Jez Humble, dan Gene Kim.
Demikian penjelasan lengkap tentang DevOps mulai dari pengertian, tujuan, tugas, skill dan alat-alat yang diperlukan untuk mengembangkan aplikasi lebih baik lagi.
Jika tertarik untuk bekerja di bidang ini, kamu perlu mengasah skill dan belajar sejak dini serta mendapatkan pengalaman lebih banyak lagi agar menjadi profesional.
FAQ
1. Apakah DevOps harus bisa coding?
Jika ingin menjadi development dan operations diperlukan kemampuan coding. Hal ini berguna untuk meningkatkan peluang karir. Contoh bahasa pemrograman yang banyak dipakai adalah Phyton, Java, Javascript, PHP, Shell, sampai dengan Bash.
Semakin bahasa ini lebih banyak maka akan membantu untuk mengerjakan pengembangan aplikasi lebih mudah.
2. Apa yang membedakan CI CD dengan DevOps?
CI/CD VS DevOps dapat kamu bedakan dengan mudah. CI (Continuous Integration) dan CD (Continuous Deployment) adalah penghubung atau hal yang menjembatani antara developer dan operasional.
Sedangkan development dan operations adalah metode untuk membuat pengembang dapat menghasilkan aplikasi lebih cepat.